Do doda idang
rangkang di blang tameh bangka
beurijang rayeuk banta seudang
beu ek taprang naggroe dumna
Allah hai do, doda idi
anoe pasi riyeuk timpa
ngon lee rayeuk banta cutdi
ulee ili prang tapuga
Do, doda idi
bijeh sawi dalam kaca
beuna umu banta cutli
gantoe doli mat neraca
Begitulah suara buaian inang pengasuh, pagi petang atau siang dan malam membuaikan putera diraja selagi bayi. Segala kata-kata yang dikeluarkan oleh inang pengasuh itu menanamkan ke dalam semangat bayi raja itu supaya penuh dalam kalbu sanubari bayi itu segala perasaan keprajuritan dan keperwiraan yang dijarumkan ke dalam darah bayi yang masih kecil itu. Pengertian dari sajak bait itu adalah menyeru supaya apabila besar bayi itu kelak, dapatlah menyerang segala sudut negeri serta mengendali dan memaklumkan peperangan kian kemari segenap negara, istimewa pula meminta panjang umur bayi itu sehingga dapat menggantikan ayahandanya memegang neraca negeri. Dalam bahasa Aceh, khaiyal itu cukuplah gembira dan bersemarak akan isi baitan itu, siapa yang mendengarnya menaruh asyik berkobar bulu romannya.
Semenjak dalam ayunan, selagi dalam asuhan inang pengasuh, tak lain yang didengarkan oleh bayi mahkota itu daripada tutur kata yang bersemangat peperangan, serang menyerang negeri, untuk menanam semangat dan perayu-perayu hati ibunda bayi mahkota itu. Tumpah ruah wanita-wanita dalam negeri, dina mulia, datang menjelang bayi yang berbahagia itu. Bilik istana sudah penuh dengan bingkisan sebagai buah tangan dari segala isteri Bentara, Hulubalang, orang besar, saujana-saujana, dan biaperi-biaperi dalam negeri untuk memenuhkan adat dan reusam lembaga negara. Ada yang membawa sutera, mastuli, dan tali ayunan yang terbuat dari suasa dan emas menurut kadar masing-masing. Mereka ke sana bukan hanya memberikan bingkisan atau hadiah kepada bayi itu, melainkan juga mereka ikut merayukan hati ibunda sang bayi mahkota itu dengan saling bergantian menolak ayunan atau buaian keemasan sebagai penghibur laranya pula, sambil berseru:
Jak lon timang putik rambot
beungoh seupot lon seumanoe
beurijang rayeuk bintang kutub
ek ta leugot dumna nanggroe
Jak lon timang bungong pade
puteh mupre-pre dalam uroe
beupanyang umu beujroh pi-e
ek tueng ate asoe nanggroe
Jak lon timang putik tuphah
meueh meutah-tah asoe puetoe
beurijang rayeuk banta meutuah
beu ek ta kraih dumna nanggroe
Jak lon timang putik manyang
banta seudang rupa samlakoe
ngon lee rayeuk boh ate nang
beujisayang le kaum droe
Apakah artinya sajak baitan yang dituturkan oleh kaum wanita yang berkunjung itu, tak lain pula daripada kata-kata kiasan dan tamsil yang beribarat. Dalam bait pertama berseru dan berharap supaya kalau bayi itu besar, daoat menakulkkan segala negeri dalam dunia. Dalam bait kedua, di hari besarnya dapat menarik hati segala orang-orang yang memerintah negeri. Dalam bait ketiga dapat pula memerintah kepala-kepala dan isi negerinya yang takluk kepadanya. Dan dalam bait keempat apabila bayi itu besar, disayangi oleh kaum keluarganya.
Bait yang diserukan di atas tadi sangat halus seni iramanya, kehalusan itu bukan saja masuk ke dalam hati sanubari ibundanya, juga masuk ke dalam darah bayi itu sendiri.
Segala benih yang disebar, kelak akan tumbuh asal saja tanah dan penjaganya serta asuhannya baik. Tidak nanti orang menjadi heran, semenjak ia dewasa, sampai kepada masanya ia berumur tua, maka bayi ini memperoleh kenamaan, karena gagah perkasa dan resik bijak serta betah tamahnya, istimewa pula adil penyayang akan hamba rakyatnya. Bahkan pula sampai pada dewasa ini atau boleh jadi juga sampai ke akhir zaman nama kemegahannya itu, tidak terlapit daripada puja-puji isi dunia dan tersimpan dalam segala khazanah di bawah cakrawala ini.
Siapakah gerangan bayi yang mendapat kemegahan itu? Tidak lain dari pada Tun Pangkat Darma Wangsa ibnu Al Sultan Alauddin Mansursyah, percampuran darah Malaka dan Aceh.
Lanjut baca bagian 3 Masa Turun Tanah
Lanjut baca bagian 3 Masa Turun Tanah
H. M. Zainuddin, Singa Atjeh (Biografi Seri Sultan Iskandar Muda), Medan: Pustaka Iskandar Muda, halaman 16-17
No comments:
Post a Comment