![]() |
Cover Buku Cerita Rakyat Merah Silu |
Merah Saga setiap hari pergi berburu ke tengah hutan. Merah Silu lebih suka memancing atau memasang bubu di tepi sungai itu. Ia selalu ditemani oleh anjingnya yang bernama Pasai. Kedua kakak beradik ini jarang bertemu.
Pada suatu hari, ketika Merah Silu mengangkat bubunya ia mendapatkan beribu-ribu cacing kecil. "Terima kasih, Tuhan," katanya, "kalau ini pemberian-Mu akan kubawa pulang juga." Merah Silu tak pernah mengeluh, ia bersyukur akan segala karunia Tuhan.
"Ayo, Pasai, kita pulang. Tuhan telah mengaruniakan rezeki kepada kita," katanya pula seraya beranjak dari tepi sungai. Si Pasai yang jinak dan setia itu pun mengikuti tuannya.
Setiba di rumah, cacing-cacing itu direbusnya. Alangkah ajaib, ketika ia membuka tutup panci, cacing itu berubah menjadi emas dan airnya berubah menjadi perak. Ia berseru kepada si Pasai, "Pasai, lihat! Keajaiban telah terjadi. Cacing-cacing ini berubah menjadi emas dan perak!"
Merah Silu pun memanjatkan doa dan rasa syukur kepada Tuhan. "Engkau benar-benar Maha Pemurah Tuhanku. Aku berterima kasih atas pemberian-Mu."
Keesokan harinya, ia pun pergi lagi memancing. Yang didapatnya juga cacing-cacing kecil. Merah Silu tidak mengeluh, bahkan ia lebih bersyukur lagi.
Dibawanya pulang cacing-cacing itu. Lalu direbusnya. Beberapa saat kemudian cacing dan air rebusannya pun berubah lagi menjadi emas.
Demikianlah, setiap hari ia memancing selalu mendapat cacing yang kemudian berubah menjadi emas dan perak. Emas dan perak itu dijualnya ke kota.
Konon, jadilah ia orang yang kaya. Ia membangun rumah di tepi hutan itu. Selama ini adiknya belum juga kembali dari berburu. Merah Silu cemas memikirkan adiknya.
"Ke mana gerangan adikku?" keluhnya, "hartaku banyak, aku bermaksud hendak memberikan kepadanya sebagian." Lama nian ditunggu, adiknya belum juga kunjung pulang. Merah Silu bertambah cemas.
"Akan kucoba mencarinya ke tengah hutan. Kalau-kalau mendapat kecelakaan," kata hatinya pula. Ia pun berangkat ke tengah hutan mencari adiknya.
Pada suatu hari, adiknya pulang dari berburu. Merah Silu tidak ada di rumah. Ia terheran-heran melihat rumah megah dan harta melimpah milik kakaknya. Timbullah niat jahatnya. Ia bermaksud memiliki seluruh harta kakaknya itu.
Ketika kakaknya pulang, disambut dengan rencong terhunus. Merah Silu dituduh merampok. "Rupanya sepeninggal aku, engkau telah menjadi perampok!"
Merah Silu membantah, "Tidak. Harta ini kudapat dengan halal. Semua ini adalah karunia Tuhan."
"Bohong, kamu memang patut kubunuh!" bentak adiknya.
Merah Saga menyerang Merah Silu. Merah Saga memang bukan tandingan Merah Silu. Merah Silu lari menyelamatkan diri.
Bertahun-tahun ia mengembara, membawa anjingnya yang bernama si Pasai. Akhirnya ia tiba pada sebuah kampung. Di sana ia tinggal. Oleh karena kedermawanannya ia dicintai penduduk. Diangkatlah ia menjadi tetua kampung Rimba Jerun.
Kampung Rimba Jerun dekat dengan pantai. Alkisah pada suatu ketikam Merah Silu bersama si Pasai pergi ke tepi pantai. Tiba-tiba si Pasai menyalak keras.
Merah Silu heran. Tidak biasanya anjing itu menyalak demikian keras. Ia segera menghampirinya. "Ada apa, Pasai?" tanyanya.
Tampak si Pasai sedang menghadapi seekor Samudera. Samudera dalam bahasa Aceh berarti semut besar atau semut raksasa. Terbitlah di hati Merah Silu hendak memakan semut raksasa itu.
Tampaknya si Pasai mengerti kehendak tuannya. Semut raksasa itu diterkamnya. Semut itu pun melawan. Terjadi pergumulan antara si Pasai dengan semut raksasa. Namun, akhirnya semut itu pun kalah.
Semut raksasa itu dipanggang oleh Merah Silu. Baunya sangat sedap dan lezat rasanya ketika dimakan.
"Pasai," kata Merah Silu setelah menyantap daging semut raksasa itu. "Oleh karena aku telah memakan daging raja semut, maka aku hendak mendirikan kampung di tepi pantai ini."
Keesokan harinya, dipanggil semua penduduk kampung. Bergotong royong mereka mendirikan rumah-rumah baru dan pindah ke tepi pantai ini.
Lama-lama kampung itu berubah menjadi bandar yang ramai, kemudian menjadi kota kerajaan yang besar. Merah Silu menjadi rajanya yang pertama dan kerajaan itu bernama Kerajaan Samudera. Konon, Kerajaan Samudera adalah kerajaan yang pertama di negeri Aceh.
Kerajaan Samudera terkenal sampai ke negeri Arab. Sultan Arab mengirim utusan dan menobatkan Merah Silu sebagai Sultan yang bergelar Sultan Malik as-Shaleh. Baginda menjadikan negerinya sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara. []
Catatan:
Cerita di atas merupakan cerita rakyat yang bersifat fiksi. Mengenai keberadaan Kerajaan Samudera Pasai dalam cerita ini (mungkin) hanya bersifat rekaan semata. Cerita rakyat di atas disadur dari buku karangan Andi Wasis yang berjudul sama "Merah Silu, Cerita Rakyat Aceh" yang diterbitkan CV. Sarana Jaya, Jakarta, tahun 1983.
No comments:
Post a Comment