Monday, 23 May 2016

Iskandar Muda - Masa Kecil

Dari hari ke hari, putera Raja makin bertambah besar, sehat dan jernih air mukanya. Kasih sayang Baginda suami isteri tidak terhingga. Tingkah pekerti putera itu pun merayukan hati segala isi istana. Tidak putus-putus didukung-dukung orang: pawera dan biti-biti, semakin pandai putera itu berdiri dan berjalan, makin bertambah-tambah kasih sayang Baginda dan ibu suri serta segala isi istana. 

Tiap-tiap hari pulang didukung-dukung di atas pundak Bentara-bentara yang menjelang ke istana. Salam menyalam dengan segala tetamu, diajarkan oleh ibundanya, istimewanya pula segala tertib majelis sopan santun, semuanya diajar dan dibiasakan semenjak kecilnya. Anak-anak orang besar atau anak-anak bentara, hulubalang yang kira-kira sebaya dengan putera itu, tiap-tiap hari ganti berganti disuruh datang atau jemput ke istana Baginda untuk menjadi teman puteranya bermain-main. Ramah tamah nampaklah diperhatikan orang akan putera Raja itu. Penganan yang diantarkan oleh biti-biti dan inang pengasuh, di bahagikan oleh putera raja itu dengan sama rata dan sama besar kepada segala teman-temannya bermain. Satu sama lain kanak-kanak padu memadu kasih sayang yang amat mesra. Di waktu sore tatkala anak-anak itu akan dibawa pulang ke rumahnya masing-masing oleh orang tua atau pengasuhnya, menangislah mereka itu, seakan-akan setapak pun jangan bercerai dengan raja kecil itu atau dengan sesama kawan-kawannya yang lain, sebab itu kebanyakan gant-gantilah kawan-kawan itu ditidurkan dalam istana.

Menjelang umur 5 tahun, putera itu main bertambah-tambah cerdik akal budinya dan kasih sayang sesamanya makin bertambah-tambah padat dan mesra. Dalam dewasa itu pun Baginda telah mengadakan seorang guru untuk mengajar mengaji putera raja dan sekalian kawan-kawannya yang lain yang 10 orang banyaknya. Di antara rombongan kanak-kanak itu, nyata benar bijak dan cerdik putera raja itu. Acap kali Baginda ke balairung, dibawalah puteranya, didudukkan di sisi Baginda, sebaris dengan orang-orang besar, selaku mengajar putera itu melihat sopan santin yang bertertib dalam tutur kata di dalam majelis rapat mahkamah itu. Sedemikian pekerti dan muslihat Baginda dalam hal itu, selain dari mendidik puteranya, juga untuk menarik atau mengikat kasih sayang orang-orang besar akan putera Baginda. Dari pihak para orang-orang besar pun amat suka dan menyenangkan baginya akan tingkah laku kelakuan putera itu, sehingga mencurahlah kasih sayang mereka itu akan putera ang berbahagia itu. Bukan saja balairung itu menjadi rumah perguruan sopan santun putera itu, tetapi di mana tempat perjamuan di rumah orang-orang besar, yang mengundang Seri Baginda, dikirimlah putera itu akan ganti Baginda berhadir sendiri. Ini pun gunanya supaya putera itu mempelajari segala tertib dan adat lembaga isi negeri dan kenal akan orang-orang besar, yang mana senantiasa menjadi penasehat putera itu.

Di waktu ada undangan, ialah gurunya serta orang-orang besar Nanta Setia Raja atau Paduka Sinara Maharaja. Di dalam tiap-tiap perjamuan, diperhatikan benar oleh putera itu segala tutur kata yang pelik-pelik yang diucapkan orang tua-tua kepada orang-orang besar dan putera itu sendiri. Sesuatu reusam atau kanun yang diperbuat orang dalam perjamuan itu serta kata-kata yang pelik-pelik yang belum dilihat atau diketahui, selalu mendatangkan soalan putera itu kepada gurunya atau kepada orang besar yang menjadi pengapit-pengapitnya. Demikian juga kalau ada didengar kata-kata peribahasa atau bidal-bidal yang bertakwi, diselidiki dengan seterang-terangnya.

Di dalam pergaulan di taman kanak-kanak, putera itu selalu bermain-main dengan sesamanya segala yang diperhatikan di atas balairung dan di tempat-tempat perjamuan, dicobakan dalam permainannya. Setelah selesai mengaji, baik siang ataupun malam, kalau bulan terang maka diadakanlah satu permainan "meuraja-raja" untuk pelalai hati mereka itu. Cara pekerti yang dilaksanakan itu ialah di antara kanak-kanak itu dipilih seorang yang diangkat menjadi raja, dipilih beberapa orang menjadi perdana menteri atau orang-orang besar dan beberapa hulubalang yang gagah perkasa. Di kiri kanan raja itu duduklah perdana menteri, mangkubumi, laksamana dan sebagainya, seperti yang lbiasa dilihat di balairung. Sementara itu datanglah beberapa hulubalang atau orang-orang besar yang lain menyembah raja dengan tutur kata yang halus dengan sesungguh-sungguhnya serta diperhatikan betul oleh putera raja itu, kalau-kalau ada yang salah mereka itu kerjakan. Siapa di antara kanak-kanak itu ada yang salah atau silap mengerjakan dan menyusun tutur katanya ataupun tak lancar menuturkan segala bidal-bidal yang telah disuruh lafalkan, maka itu diganti dengan yang lain serta ditertawakan atau diolok-olokkan beramai-ramai dengan tampik sorak yang amat meriah supaya di waktu percobaan yang akan datang dapatlah ia menutur atar mengatur kembali. Dan siapa di antara kanak-kanak yang pandai bertutur kata serta sikap baik dalam pekerjaan itu, dipuja pujikan oleh putera raja. Lain daripada itu diasuhnya anak-anak itu.

Demikianlah peradaban yang dipelajari oleh kanak-kanak kawan jawat putera raja yang cerdik dan bijak itu, dalam taman pergaulan sehari-hari.

Lanjut baca bagian 5 Khitan

H. M. Zainuddin, Singa Atjeh (Biografi Seri Sultan Iskandar Muda), Medan: Pustaka Iskandar Muda, halaman 20-21.

No comments:

Post a Comment

Kisah Pertemuan Panglima Tibang dengan Mayor Studer (Bagian 1) ~ Teuku Mukhlis

Kisah Pertemuan Panglima Tibang dengan Mayor Studer (Bagian 1) ~ Teuku Mukhlis